Suatu hari, Mr. Harry mengumpulkan seluruh murid Artane School di aula. Tanpa terkecuali. Para guru pun diminta untuk hadir juga. Setiap ketua kamar wajib memeriksa anggotanya. Setelah semua lengkap, baru kepala asrama itu membuka pembicaraan, maksudnya mengumpulkan mereka semua. “Aku mengumpulkan kalian semua untuk diperiksa sidik jari kalian. Sudah ada dua juta prajurit polisi yang mengepung sekolah dan asrama ini. Jadi, sebelum nanti ketahuan setelah diperiksa sidik jarinya, lebih baik mengaku sekarang. Hukumannya akan lebih ringan.”
Semua jadi hening. Kecuali Baby dan Tatum, yang memang tidak bisa diam.
“Kalau mengaku sekarang hukumannya lebih ringan itu begini. Sekarang hukumannya seumur hidup, nanti hukuman mati.” Mereka tertawa cekikikan tapi pelan.
Saat mereka menunggu seseorang untuk mengakui perbuatannya, tiba-tiba.. seorang siswa menodong Sandra dengan pistol yang ditodongkan di kepala Sandra. “Akulah pembunuhnya,” kata siswa, yang tak lain adalah teman sekelas Sandra, juga teman sekamar Ken. Yaitu Rupert. Diikuti oleh seorang siswi, yaitu Wendy, teman sekelas dan teman sekamar Sandra.
Tidak ada yang menyangka, bahwa merekalah pelaku pembunuhan ini. Terutama teman sekelas dan sekamar mereka. Karena selama ini, mereka mengenal Wendy sebagai gadis pendiam yang baik. Sedangkan Rupert dikenal sebagai siswa lugu, polos, dan agak tulalit.
“Rupert, Wendy, lebih baik kalian menyerah saja. Agar masalahnya bisa cepat selesai. Percayalah padaku, aku akan membantu kalian, agar tidak dihukum mati,” kata Roman dengan sedikit waspada.
Rasanya, mereka semua tidak percaya, kalau Rupert dan Wendy yang melakukannya. Rupert, siswa dungu berkacamata tebal, yang begitu penakut. Lalu Wendy, siswi cantik tapi tulalit, yang tidak pandai bergaul. Ternyata, mereka adalah pembunuh itu.
“Kami tersinggung dengan perlakuan guru matematika itu. kami sakit hati,” kata Wendy sambil menangis dan berteriak-teriak. “Kami tidak dungu atau tulalit. Kelihatannya begitu. Tapi kalian salah. Kami hanya lemah dalam pelajaran matematika.”
Roman khawatir karena Sandra ditodong begitu. “Mickey, apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan Sandra?”
“Entahlah. Aku takut kena tembak,” jawab Mickey yang sebenarnya ikut memikirkan keselamatan Sandra.
“Rupert, Wendy, jangan lakukan itu. Lepaskan Sandra!” Mr. Harry juga ikut-ikutan menasihati sepasang pembunuh itu.
Namun mereka tetap bersikeras tidak mau melepas Sandra.
Tiba-tiba, seberkas cahaya warna biru menyambar pistol yang ditodongkan ke kepala Sandra oleh Rupert. Pistol itu jatuh, dan Sandra segera melepaskan diri. Ia lari ke sisi Roman.
“Sandra, kau tidak apa-apa, kan?” tanya Roman penuh rasa khawatir.
“Tidak. Aku tidak apa-apa,” jawab Sandra. Cahaya apa tadi?” tanya Sandra.
“Entahlah.”
Polisi segera meringkus kedua pembunuh berdarah dingin itu.
“Jangan! Aku tidak bersalah! Lepaskan aku!” Wendy meronta-ronta seperti orang gila.
Seberkas cahaya biru itu menjadi misteri di sekolah ini. Terutama di dalam benak Sandra.
Sejak saat itu, Sandra, Roman, dan Mickey jadi akrab. Roman mulai mengisi hari-hari Sandra, dan menumbuhkan kembali rasa cinta di hati Sandra. Ia mulai menerima Roman, sebagai pengganti Ken. Walau pun dirinya tak akan bisa berhenti mencintai Ken.