Suatu hari, Ken dan Sandra memulai penyelidikan lagi. Mereka memulainya dari toilet tempat ditemukan jenazah Kevin. Saat mereka sedang menyelidiki, tiba-tiba, Ken dikejutkan dengan suara yang memanggil dirinya.
“Ken!”
Ken terlonjak, dan hampir saja menatap dinding toilet. Ken menoleh pada yang memanggilnya. Ternyata Roman. “Huh! Kau mengagetkan aku saja!”
Roman tertawa. “Kalian sedang apa berdua di toilet ini?” tanya Roman.
Tapi, Sandra menjawabnya dengan ketus, “Bukan urusanmu!”
“Oh, aku tau. Kalian pasti sedang menyelidiki pembunuhan ini. Iya, kan? Aku bisa membantu kalian, tanpa bersusah payah, berlama-lama di toilet seperti ini.”
Kata-kata Roman menarik perhatian Sandra. “Benarkah, kau bisa membantu kami?” tanya Sandra. Yang tadinya ia berbicara dengan nada yang kurang enak didengar, setelah mendengar kata-kata Roman barusan, ia jadi antusias, dan senang. Tak lagi terdengar nada ketus dari omongannya.
Belum sempat Roman menjawab, Ken mendului, “Pasti dengan papan pemanggil roh itu lagi. Sandra, kau jangan mau melakukannya. Kau tau, perbuatan itu, selain dilarang oleh asrama, juga dilarang oleh agama.”
“Memang menggunakan papan pemanggil roh. Tapi, agama dan asrama, tidak melarang menggunakannya, pada saat-saat yang menegangkan seperti ini. Kita boleh menggunakannya dalam keadaan terpaksa seperti ini. Ini adalah satu-satunya cara, untuk mengungkap misteri ini. Jadi, apa kalian mau menerima tawaranku?” tanya Roman.
“Tidak. Kami tidak akan menerima tawaranmu itu. Meskipun terpaksa,” jawab Ken.
“Kalau kau tidak mau menerima tawarannya, aku mau menerima,” kata Sandra kemudian.
“Sandra, kita dilarang menggunakan papan pemanggil roh. Kita haus berusaha sendiri, dengan cara yang bersih.” Ken berusaha mencegah Sandra.
“Tidak. Aku terlalu penasaran dengan misteri ini. Aku ingin, misteri ini segera terungkap, tanpa harus repot-repot mengorek kamar mandi.” Sandra tetap memaksa.
“Baiklah, terserah kau.” Setelah berkata begitu, Ken meninggalkan mereka berdua. Kelihatannya, ia cemburu. Sandra acuh saja.
Sandra dan Roman mulai menyusun rencana. Mereka akan melakukannya tengah malam, di perpustakaan. Di sana aman. Tidak akan ada yang tau. Sandra memberitahukan rencana itu, pada Ken. Ken sama sekali tidak peduli.
Sandra jadi tau sekarang, kalau Roman itu baik, dan bukan pembunuh. Hanya saja, karena perbedaan pendapatlah yang membuatnya jadi emosi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar