Sabtu, 19 Juli 2008

Bab 9: Usaha Terakhir

Di asrama, Ken dikenal sebagai teman yang baik. Walau pun dia suka menggodai anak perempuan. Dia adalah jagonya matematika setelah Kevin. Ken dan teman sekamarnya, adalah para jago matematika.

Tapi, yang membuat Sandra tidak habis pikir adalah, mengapa Ken keluar dari asrama malam itu? Bukankah Ken tidak suka dengan rencana Roman dan dirinya untuk menggunakan papan pemanggil roh. Sandra sangat kesal pada pembunuh itu.


Malamnya, Roman, Sandra, dan Mickey bertemu, untuk membicarakan kasus pembunuhan ini, dan berusaha mencari pemecahannya.

Sandra, kau ingat kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Ken, sebelum meninggal?” tanya Roman.

Iya, aku ingat.,” jawab Sandra.

Dia bilang ‘periksa’. Lalu ‘dia tidak pakai sarung tangan’. Yang aku tidak paha, siapa yang tidak pakai sarung tangan? Lalu, apa dan siapa yang harus diperiksa?”

Sandra mengerutkan keningnya. Ia mulai berpikir, tentang apa yang ditanyakan Roman. “Aku mengerti. Yang tidak pakai sarung tangan adalah si pembunuh. Dan yang harus kita periksa adalah gagang kapak itu.”

Lalu?”

Saat kematian Kevin, aku dan Ken memeriksakan sidik jari yang ada di gagang kapak itu. tapi tidak ada hasilnya. Karena, kemungkinan besar, waktu itu, si pembunuh memakai sarung tangan. Nah, kali ini, pasti ada hasilnya, kalau kita periksakan sidik jarinya, ke kantor polisi.”

Besok, kita pergi ke kantor polisi,” kata Mickey.

Oke!” semua setuju.

Tiba-tiba, Roman bertanya, “Oh ya, aku dan Mickey belum mendapat izin dari kepala asrama putra, dan Mr. Harry. Bagimana kami bisa menemanimu mencari dan menyelidiki pembunuhan ini, sampai ke kantor polisi?”

Tenang saja. Aku akan minta izin pada kepala asrama, dan kepala keamanan asrama ini. Pasti dapat izin,” jawab Sandra tenang.


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Roman, Sandra, dan Mickey sudah beretemu di lorong penghubung antara asrama putra dan putri. Mereka sudah siap untuk menghadap kepala asrama putra dan kepala keamanan di kantor asrama.

Apa kau yakin, kita akan mendapat izin?” tanya Mickey.

Sudahlah, kalau aku yang izin, pasti dapat,” jawab Sandra dengan tenang, tanpa ada perasaan ragu sedikitpun.

Kau tenang sekali, Sandra,” ujar Roman.

Sandra diam, tanpa komentar.


Sampailah mereka di kantor kepala asrama.

Ada yang bisa saya bantu untuk kalian?” tanya sekertaris asrama, Miss. Lourdes.

Kami mau bertemu dengan Mr. Harry,” jawab Sandra.

Oh, sebentar.” Wanita itu masuk ke dalam sebuah ruangan. Entah apa yang dilakukannya.

Roman, Sandra, dan Mickey menunggu di ruang tunggu kantor itu.

Kau benar-benar yakin, kami akan mendapat izin?” tanya Mickey.

Apa kalian meragukanku?”

Bukannya kami meragukanmu, Sandra,” kata Roman. Kemudian katanya lagi, “Kau tau kan, Mr. Harry, kalau sudah menyangkut keamanan, pasti akan konsultasi dengan Mr. Zeed. Dan Mr. Zeed itu, orangnya keras.”

Kalian tenang saja, lah!”

Mereka pun menemui Mr. Zeed di ruangannya, dan meminta izin untuk menyelidiki kasus kematian-kematian yang telah terjadi di asrama ini.

Awalnya, Mr. Harry tidak mengizinkan. Tapi, karena Sandra dan Roman terus memaksa, akhirnya, mereka diizinkan.

Lihat, aku bisa kan, mendapat izin dari beliau,” kata Sandra.

Iya. Kami sudah lihat.”


Sejak saat itu, Sandra, Roman, dan Mickey bersama-sama menyelidiki kasus kematian yang telah terjadi di asrama, maupun sekolah. Pertama-tama, mereka memeriksakan kapak yang pernah menancap di perut Ken. Dan hasilnya, mereka berhasil menemukan sidik jari yang mereka cari.

Pak Polisi, apa yang harus kami lakukan sekarang?” tanya Roman.

Kita harus memeriksa sidik jari masing-masing murid di sekolah kalian,” jawab Polisi itu.

Ya, kalau itu memang yang terbaik, lakukan saja,” kata Sandra. “Aku sudah muak dengan pembunuh itu.

Tidak ada komentar: