Malamnya, saat semua sudah tidur, Sandra menyelinap keluar dari kamar. Begitu pula yang dilakukan Roman, dan Mickey. Mereka sudah berjanji akan bertemu di pintu gerbang junior high school. Sandra sudah sampai terlebih dahulu.
Tak sampai dua puluh menit, dia menunggu, Roman dan Mickey datang. Karena Sandra belum mengenal Mickey, Roman memperkenalkannya.
Di kamarnya, Ken tidak bisa tidur. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Sandra dan Roman, di perpustakaan junior high school. Akhirnya, secara diam-diam, ia menyelinap keluar dari kamarnya.
Sedangkan Roman, Sandra, dan Mickey baru mula melakukan rencana itu. Roman mengeluarkan sebuah papan, yang bergambar aneh, dengan huruf yang tidak berurutan. Juga ada sebuah gelas kaca. mereka akan menggunakannya juga.
Roman memberi isyarat, agar jari telunjuk masing-masing, diletakkan di atas gelas kaca yang tertelungkup di tengah papan. “Kalian harus berkonsentrasi. Kalau ada apa-apa, jangan berteriak!”
Sandra dan Mickey hanya menganggukkan kepala.
Saat Roman membacakan mantra, gelas kaca itu bisa ebrjalan sendiri. Sandra hampir berteriak. Tapi, Mickey segera membungkam mulut Sandra.
Pertama, gelas kaca berjalan menuju sebuah huruf. Yaitu ‘K’.
“Hah, huruf ‘K’,” kata Mickey.
Setelah itu, gelas kaca berhenti.
“Huruf ‘K’? Apa maksudnya?” tanya Sandra.
“Jangan-jangan.. arwahnya inisial,” ujar Mickey sambil tertawa.
Roman dan Sandra juga ikut tertawa.
Ken sudah keluar dari asrama putra. Kini, dia sedang berjalan melintasi halaman asrama. Dia segera berjalan menuju junior high school.
Saat ia sedang berjalan, tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki yang terseret-seret di belakangnya. Sepertinya ada yang mengikuti. Ken segera berbalik. Dan benar. Ada anak laki-laki bertopeng, yang berjalan ke arahnya, dengan membawa kapak. Segera saja Ken ambil langkah seribu. Ia berlari ke pintu gerbang junior high school. “Tolong! Tolong aku!”
Anak tadi masih saja mengejar.
Ken ketakutan setengah mati. “Tolong!” Sampai di pintu perpustakaan junior high school, Ken mengetuk-ngetuk pintu itu sambil berteriak. “Roman! Sandra! Tolong aku!”
Roman, Sandra, dan Mickey kaget mendengar suara teriakan itu.
“Itu Ken,” kata Sandra. Ia segera berlari menuju pintu.
“Tolong!”
Roman dan Mickey menyusul Sandra. Karena mereka melakukan pemanggilan roh di ruangan yang paling dalam, maka mereka jauh dari pintu.
Di luar, Ken menoleh untuk memastikan anak tadi tidak mengejar lagi. Dan benar, anak itu sudah tidak ada. Tapi, Ken tetap saja takut. Ia menggedor-gedor pintu perpustakaan itu lebih kuat lagi. Dan saat Ken menoleh lagi, tiba-tiba.. Bukkk! Anak itu mengayunkan kapaknya ke perut Ken. Darah segar mengucur. Tubuh Ken roboh.
Saat Sandra dan Roman membuka pintu, “Akh..!!!” Sandra berteriakketika melihat keadaan Ken yang berlumuran darah. “Ken, apa yang terjadi?” tanya Sandra, yang tidak bisa menahan air matanya.
“A, aku tidak apa-apa. Sa, Sandra.. a, aku tau, siapa pembunuhnya.” Nafas Ken sudah mulai tersendat-sendat. Bicaranya pun juga mulai terputus-putus. “Di, dia ti, tidak pakai sarung tangan. Pe, periksa.. kapaknya..”
“Ken, bertahanlah..! Roman, cepat panggil ambulance!”
Roman tidak mampu bergerak. Mendadak lututnya jadi lemas. Maka, Mickey lah yang menuruti kemauan Sandra.
“Sa, Sandra.. aku.. mencintai.. mu..” kemudian, nafas Ken berhenti. Ia tewas.
“Tidak…!!!” Sandra jadi histeris. “Ken, jangan pergi! Ku mohon! Jangan tinggalkan aku!” Sandra memeluk tubuh Ken. Seakan tak ingin dilepaskannya.
“Tabah, Sandra..,” kata Roman, sambil menepuk pundak Sandra.
Keesokan harinya, seisi asrama tau, kalau Ken ikut jadi korban. Semua orang bersedih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar